Melanjutkan tulisan yang sebelumnya (Mau-Ku BUKAN Mau-mu). Benar memang bahwa setiap kemauan kita tidak akan pernah tercapai apabila Tuhan tidak pernah kita libatkan di dalamnya. Sekalipun demikian, semuanya itu yang berlaku mutlak HANYA kemauan-Nya.
Mendapati bahwa apa yang tidak
kita inginkan justru terjadi sama kita, memang bukan hal yang disangka-sangka.
Kita sudah sangat berhati-hati dan waspada setiap langkah dan tindakan. Boleh
dikatakan kejadian kemarin merupakan musibah
atau anugerah.
Saya katakan musibah karena istri
saya kemarin mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju tempat kerjanya.
Meskipun kecelakaan itu bisa dikatakan kecelakaan tunggal, namun kejadian itu
membuat istri harus mengalami beberapa luka lebam di sana-sini bahkan jatuh
terjerembab sehingga giginya pun sampai patah.
Setelah istri saya dibawa ke
rumah sakit dan mendapat penanganan dari rumah sakit, akhirnya hari itu istri
saya tidak masuk kerja selama kurang lebih dua hari. Menunggu hingga
benar-benar bisa beraktifitas kembali. Selama di rumah sakit dirawat dan
ditangani luka-lukanya ternyata tidak perlu opname, hanya luka luar saja lantas
diberi obat.
Meski demikian saya sebagai suami
menghendaki pelayanan yang terbaik, saya minta untuk dilakukan cek lab terhadap
istri saya. Cek lab sudah dilakukan hasilnya diambil esok harinya. Hari itu
juga sudah diperbolehkan pulang dengan membawa beberapa obat yang harus
dikonsumsi selama beberapa hari.
Keesokan harinya saya dan istri
kembali lagi ke rumah sakit untuk mengambil hasil cek lab yang sudah dilakukan
tempo hari. Saya menuju ruangan khusus bagian laboratorium, diberikan sebuah
amplop oleh petugas rumah sakit. Amplop sengaja saya tidak membukanya, langsung
saya serahkan ke istri untuk membukanya langsung.
Tidak lama kemudian amplop
langsung dibuka oleh istri saya, kami masih berada di ruang tunggu rumah sakit
tersebut. Setelah dibuka, istri saya meneteskan air mata. Melihat istri
menangis saya khawatir. Jangan-jangan ada sesuatu yang serius dari hasil lab tadi.
Saat itu juga sayapun langsung melihat lembaran hasil lab yang ada di dalam
amplop tadi.
Benar saja, setelah melihat hasil
lab tersebut saya menjumpai ternyata istri saya dinyatakan positif hamil. Tidak
karuan rasanya, sayapun ikut mrambang
(berkaca-kaca) setelah melihat hasil lab itu. Kami berdua tidak henti-hentinya
mengucap syukur saat itu. Berbagai kalimat thoyyibah keluar dari mulut kami
berdua. Ini yang tadi saya maksud dengan anugerah. Seakan dari kejadian
kecelakaan kemarin tiba-tiba saja istri saya merasa sembuh, mendapatkan energi
baru.
Apa yang dapat saya dan istri petik
dari kejadian ini adalah kemurahan Tuhan dan keajaiban yang luar biasa dari-Nya.
Kebetulan kami sering mengikuti Maiyahan meskipun hanya melalui YouTube.
Beberapa waktu yang lalu Simbah Nun memberikan hikmah mengenai Surat
Al-Insyiroh.
Di beberapa tempat Maiyahan, Simbah
Nun mengajak kita meyakini kebenaran pernyataan Allah dalam surat Al-Insyiroh
ini: fainna ma’al usri yusro, inna ma’al
usri yusro. Bahwa Inna ma’al usri yusro,
yang dalam keyakinan beliau bukanlah berarti “sesudah kesulitan akan ada
kemudahan” sebagaimana pemahaman selama ini, melainkan “bersamaan dengan kesulitan itu Allah memberikan kemudahan”.
Jika diartikan sesudah kesulitan
ada kemudahan, maka berbunyi ba’da.
Padahal suratnya berbunyi ma’a, yang
artinya bersamaan, bareng. Kalo diartikan sesudah, bunyinya menjadi inna ba’dal ‘usri yusra, fainna ba’dal ‘usri
yusro.
Terimakasih Simbah sudah
memberikan penjelasan yang mudah dimengerti. Dari kejadian tersebut ketika
istri mengalami kecelakaan ternyata ada pesan dibalik itu. Ada kabar
menggembirakan, ada sedih lalu Allah kasih senang, ada kabar buruk sekaligus
diberi kabar baik. Sekali lagi ini yang saya maksud dengan Musibah atau
Anugerah. “Bersamaan dengan datangnya musibah itu Allah memberikan anugerah”.
Dikatakan musibah, karena istri
baru saja mengalami kecelakaan. Dikatakan anugerah karena diberi amanah yakni
diketahui istri sedang hamil.
Alhamdulillah hingga saat ini
kandungan baik-baik saja. Sekarang sudah jalan dua bulan. Tiap kontrol ke
dokter kandungan ternyata tidak ada masalah. Allah melindungi, meskipun istri
baru saja kecelakaan. Hingga kini, luka-luka dan lebam sudah sembuh total. Yang
tadinya susah berjalan kini sudah kembali seperti semula.
Kami berdua mengikuti dan
menyerap banyak ilmu dari Simbah. Pertama kali Cak Nun dan KK diundang ke
Blora, waktu itu istri masih Taman Kanak-kanak pernah ‘perform’ untuk tilawah
bersama kawan-kawan TK-nya sebelum acara Maiyahan dimulai. Sekarang kami masih
terus menyerap ilmu dari Simbah.
Bahkan, ketika beberapa bulan
lalu Cak Nun dan KK Maiyahan di Blora sebenarnya kami ingin pulang ke Blora
untuk ikut Maiyahan, namun kami tidak bisa ikut. Akhirnya, nonton via YouTube.
Istri dan saya menginginkan jika
kelak anak kami lahir, Simbah berkenan mendo’akan dengan memberikan nama bagi
anak kami. Mudah-mudahan Allah mengijinkan ini.
Saya sendiri sudah membaca Daur dari 1 – 309 banyak sekali ilmu
yang tersirat di dalamnya. Ada sekitar 33
buah buku yang sudah saya miliki dan saya baca dari seorang Emha Ainun
Nadjib. Saya men-tadabburi semuanya, dari tulisan-tulisan Simbah yang ada di
Daur maupun buku-buku beliau.
Sehat terus Simbah. Semoga Allah
senantiansa memberikan kekuatan untuk Simbah, sehingga kami tetap bisa Maiyahan
dan menyerap ilmu dari Allah melalui Simbah.
Semarang, 6 Januari 2016
No comments:
Write comments