Oleh: Bentar Saputro
Sore
itu menjelang maghrib dan mendekati waktu berbuka puasa, ada yang membuat saya
bersemangat untuk ‘ngabuburit’. Ngabuburit kali ini sangat berbeda dari
biasanya, saya diajak berkunjung ke tempat saudara-saudara yang semestinya
sering untuk dikunjungi. Tempat yang di maksud berada di “Panti Asuhan Cacat
Ganda - Al Rifdah” Tlogomulyo, Semarang.
Ada
satu kejadian yang membuatku terkejut. Setibanya saya dan rombongan di sana, tiba-tiba
saya dihampiri oleh ‘Saudari’ yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Setelah itu, dia terus memegang erat tangan saya sembari menunjukkan wajah yang
ceria dan bahagia. ‘Saudari’ tersebut memiliki karakter yang hyperactive, anak tersebut terus
bersuara dan mencoba untuk mengajak berkomunikasi. Memang saya tidak paham yang
dia maksud, tapi saya mencoba untuk menyelami bahasa yang digunakan sekalipun
hanya bahasa isyarat. Dia ceria sekali menyambut kedatangan kami. Selama saya
berada di sana ‘Saudari’ tersebut duduk di dekatku dan tak ingin melapaskan
genggaman tangannya dariku. Iya, dia KEKASIHKU
YANG SPESIAL.
Saya
sangat tersentuh, hatiku terkoyak, air mata ini sungguh tak terbendung
sekalipun saya tidak sempat menjatuhkannya. Bagaimana mungkin mereka yang
secara fisik menurut kebanyakan orang tidak seperti yang lainnya, mereka tidak
pernah berontak “mengapa saya begini”,
“mengapa saya berbeda”, “mengapa harus saya yang menerima semua ini”,
“apa salahku”, “apa dosaku” ???. Jangankan berontak atau mengeluh ke sesama manusia
diseklilingnya, bahkan berontak ke Tuhanpun tidak pernah. Ini dibuktikan dengan
sikap dan kemuliaan hati mereka yang sanggup menjalani semua ini dengan penuh
ceria, bahagia dan ikhlas tanpa complain,
mengeluh apalagi berontak.
Saya
meyakini bahwa Tuhan memperlakukan sangat sangat sangat SPESIAL terhadap
mereka. Yang menurut pandangan kita, mereka seolah-olah kurang ‘lengkap’ namun
di mata Tuhan derajat mereka ditinggikan.
Bisakah
kita belajar ilmu ikhlas dari mereka?
Bisakah
kita belajar tidak berontak atau bahkan mengeluh?
Bisakah
kita beajar untuk tersenyum, tertawa dan bahagia sekalipun dalam keadaan sulit?
Akhirnya
saya hanya bisa berkata,
Mereka yang diperlakukan khusus oleh
Tuhan,
Mereka mahluk ciptaan Tuhan yang
hadir dengan sesuatu yang unik
Mereka memiliki kemampuan
ketajaman berpikir
Mereka memiliki kedalaman ruhaniah
Mereka memiliki kepekaan yang
tinggi
Mereka yang dibahagiakan langsung
oleh Tuhan
Yang apabila,
Dia berdoa, doanya mustajab
Dia tertawa, tertawanya tulus
Dia tersakiti, tak akan pernah
merasa sedih apalagi perih
Dia diam, diamnya emas
Dia marah, marahnya tidak
sungguh-sungguh marah
Ya Tuhan,
Jadikanku untuk semakin bersyukur
Jangan biarkanku kufur atas
nikmatMu
Kuatkan hatiku untuk semakin peka
Tajamkan pikiranku
Senantiasa ingatkan aku
Senantiasa berikan teguranMu
Buka mata hatiku selebar-lebarnya
Karena hamba ingin menjadi manusia
yang memanusiakan manusia
Karena hamba ingin menjadi
saudara yang mensaudarakan saudara
Karena hamba ingin menjadi
kekasih yang mengasihi kekasih
Terimakasih Tuhan.
Refleksi
diri sendiri, 25 Juli 2014. ± 09.03 – 09.35 WIB
Berikut kemesraan saya bersama mereka.
No comments:
Write comments